Salah satu permasalahan sulit yang timbul dari perubahan iklim adalah kekeringan. Akibat suhu rata-rata permukaan bumi yang terus meningkat, bagian bumi yang biasanya memiliki suhu tinggi akan menjadi terlalu panas dan cadangan air menguap. Selain dari pada itu, perubahan iklim juga mengubah pola hujan dan curah hujan. Sembari cadangan air terus berkurang, masyarakat tidak siap menghadapi musim hujan yang tertunda di luar ekspektasi. Lantas, jangka waktu kekeringan diperpanjang tanpa jalan apapun untuk memperbaiki keadaan. Di Indonesia sendiri, perubahan iklim mengubah pola musim kering dan musim hujan dan juga menggeser jadwal terjadinya El Nino, yaitu meningkatnya temperature laut di Samudra Pasifik secara tidak lazim. Ketika El Nino terjadi, Indonesia akan mengadapi kekeringan yang parah. Menurut UN World Food Programme, kekeringan ini bahkan membuat 40% petani beras kehilangan setidaknya setengah dari hasil panen mereka.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang muncul akibat masalah kekeringan ini, dicetuskanlah ide tentang biopori. Biopori adalah rongga silindris yang digali dalam tanah untuk menampung air lalu ditutup dengan sampah organik. Dengan begini, kapasitas penyerapan air akan meningkat dan sampah yang terurai akan menjadi sumber nutrisi bagi mahkluk-makluk tanah.
Tanggal 22 April 2009, Sahabat Alam mengundang pencetus biopori, Mr. Kamir R. Brata MS. Dari Institut Pertanian Bogor untuk secara langsung menjelaskan hasil penemuannya dengan rinci. Dari penjelasannya, Sahabat Alam dan teman-teman mempelajari cara membuat LRB (Lubang Resapan Biopori) untuk dipasang di taman umum dan tempat bermain. Seminar ini juga mendorong generasi muda untuk memasang biopori di rumah mereka masing-masing dan berkontribusi langsung dalam mengatasi kekeringan.